Sunday, December 11, 2016

Review - Between True Love and Dream (Chapter 4)


Author : Runi Rahmawati (Woohyunnie)
Title : Between True Love and Dream
Main Cast : Nam Woohyun & Kim Sunggyu
Other Cast : Infinite Member, Minho, key ( Shinee) & Nam Ji Hyun ( OC)
Genre : Sad, Romance, Bl, konflik klimaks.
Disclaimer : Infinite, Shinee, Woollim ent, Daekkyung University
Rate : Nc-20
Leght : Chaptered
Note : FF ini murni hasil pemikiran saya, apabila ada kesamaan alur/cerita based title pasti unsur tidak disengaja coz author juga masih banyak belajar. You will find more typo when you read this fanfiction.
Happy Reading!.
Chapter 4
" Maaf.......... "
................
Key tampak serius saat menatap sebuah figura besar terpajang di salah satu dinding rumahnya, tiba-tiba seorang namja datang sambil menyeret sebuah koper besar dengan pakaian casual dan jaket tebalnya.
“ Hyung aku pulang.” Ujar namja yang baru datang itu sambil memberi hormat.
“ Sungjong-ah? Kau kenapa ada di sini?” Tanya key dengan mimic wajah yang menunjukkan ketidak sukaan.
“ Aku sangat mencemaskanmu hyung.”
“ Jangan berpura-pura! kau kembali karena berpikir aku gila kan?”
“ Aniya, aku kembali karena ingin bersama hyung!.”
“ Aku tidak butuh kehadiranmu!.”
“ Meskipun hyung tidak menginginkan kehadiranku, aku tetap akan tinggal!.”
“ Terserah kau saja, tapi jangan usik kehidupan aku!.”
Key pergi meninggalkan ruang tamu, sambil menerima sebuah telpon yang masuk.
“ Yeobssaeyo ahjussi!.”
“ ……………………..”
“ Ne, aku akan segera ke sana!.”
Key mempercepat langkah kakinya kemudian pergi meninggalkan rumah bersama mobil sport mewahnya dengan kecepatan tinggi. Melihat tingkah laku Key yang sedikit mencurigakan, sungjong pun menyusul hyungnya.
.
.
Seoul hospital centre
Sunggyu yang sedang terbaring lemah itu sontak langsung tercengang karena myungsoo datang bersama woohyun. Myungsoo yang tahu dengan situasi seperti ini pun langsung meninggalkan keduanya.
“ Hyun aku pikir kau tidak mau menemuiku?”
“ Hyung mian, jongmal mianhae!.” Woohyun menundukkan kepalanya tanpa berani menatap kedua mata namja yang ada di hadapannya itu.
“ Gwaenchanna, aku tak marah sedikit pun padamu hyun.”
“ Keunde hyung, aku sudah menyakitimu!.”
“ Aniya, aku yang sudah menyakitimu.” Sunggyu menarik woohyun kedalam pelukannya.
“ Mianhae woohyun-a…… aku sudah terlalu banyak menyakiti perasaanmu!.”
“ Na do mianhae hyung! jongmal mianhae!.” Woohyun menumpahkan air matanya di bahu sunggyu.
.
.
……………….
Minho berjalan sedikit cepat kembali menuju ruang UGD, namun langkahnya terhenti saat melihat myungsoo yang sedang duduk menunggu di depan ruang UGD.
“ Myung kenapa kau di luar? Apa sunggyu sudah tidur?” 
“ Hyung?” Myungsoo terkejut melihat minho yang sudah berdiri di hadapannya.
“ Kenapa kau tidak menemani sunggyu?”
“ Hyung kenapa cepat sekali?”
“ Pasien di ruang vip sudah ditangani dokter lain, aku ingin menemui tunanganku!.” Minho sedikit mengintip ke sela jendela yang terbuka, matanya tiba-tiba membulat saat melihat Woohyun dan sunggyu sedang berpelukan.
“ APA-APAAN MEREKA!.” 
“ Hyung aku bisa jelaskan!.” Myungsoo berusaha mencegah minho yang sedang tersulut emosi itu tapi sia-sia karena minho mendorong tubuhnya dengan kasar ke arah kursi tunggu.
.
.
“ Hyung aku sangat mencintaimu!.” Ujar woohyun sambil terus mempererat pelukannya pada namja yang sedang terduduk di atas ranjang rumah sakit itu.
“ Aku juga…………..”
“ JANGAN BERANI KAU MENYENTUH TUNANGANKU BRENGSEK!.” Minho menarik tubuh woohyun yang sedang memeluk sunggyu itu dengan kasat lalu memberikan sebuah tinju keras ke arah perut woohyun.
Bugh….
“ Minho-ya jangan sakit dia!.” Sunggyu mencoba menahan tubuh minho tapi sia-sia.
Bugh….
Satu lagi pukulan melayang ke wajah tampan woohyun, sunggyu yang menyaksikan kejadian itu hanya bisa menangis. Merasa puas menyakiti woohyun kini minho melirik sunggyu yang sedang berdiri mematung sambil menangis.
“ Chagi-ya selamanya aku tidak akan pernah melepaskanmu!.” Minho mencium sunggyu dengan kasar tepat di hadapan woohyun. Minho semakin memperdalam ciumannya meski sunggyu berusaha melepaskan diri. Namun karena kondisi sunggyu yang masih lemah itu membuat tenaganya terkuras habis dengan ciuman ganas yang diberikan minho kepadanya.
Woohyun yang masih terduduk di lantai itu melihat jelas bagaimana namja yang dicintainya dicium oleh namja lain lebih tepatnya oleh tunangannya. Sunggyu yang sedang mendapat perlakuan manis dan kasar itu hanya bisa pasrah sambil melihat ke arah woohyun yang mulai berkaca-kaca. Air mata sunggyu semakin jatuh menetes saat melihat woohyun dengan lemah berjalan keluar meninggalkan ruangan tersebut. 
Minho sangat menikmati ciumannya itu terhadap sunggyu, bibir tipis sunggyu yang semerah cherry itu digigitnya pelan sambil lidahnya masuk menerobos rongga mulut sunggyu. Deretan gigi putih sunggyu tak luput di absennya, meski ciumannya tak mendapat balasan dari sunggyu tapi minho tak menyerah dia terus bermain dengan bibir tunangannya itu sampai merasa cukup puas.
“ Chagi-ya jangan pernah memancingku untuk melakukan hal yang nekat seperti tadi!.” Minho mengelus pipi sunggyu kemudian mengecup kening sunggyu sekali.
Sunggyu hanya bisa memalingkan wajah sambil tak hentinya meneteskan air mata, pikiran dan hatinya masih dipenuhi dengan woohyun.
Lalu bagaimana dengan woohyun?.....
Woohyun pergi meninggalkan rumah sakit dengn perasaan yang sangat hancur, bahkan woohyun hampir dua kali terjatuh dari kendaraan roda duanya. Woohyun terus menambah kecepatan laju motornya dan menyalip satu demi satu kendaraan yang berada di depannya. namun saat melewati tikungan tajam woohyun tidak sempat menarik pedal rem untuk menghindari tabrakan dengan sebuah mobil sport mewah yang melaju dari arah berlawanan. Tabrakan pun tidak dapat dihindari, woohyun terpental dari kendaraannya dan tubuhnya jatuh menghantam aspal jalanan dengan kepala membentur aspal lebih dulu. Darah mengalir keluar dari hidung, telinga dan luka di kepala woohyun, tangan dan kaki woohyun juga ikut terluka terkena gesekan aspal jalan yang kasar.
……………….
Tiga hari kemudian…..
Woohyun sudah tiga hari tak sadarkan diri, kepalanya masih dibalut perban karena luka jahitannya masih belum kering. Sementara itu luka-luka di tangan dan kakinya juga masih terasa perih, kecelakaan motor yang dialami woohyun waktu itu membuat woohyun koma selama dua hari di ruang vip sebuah rumah sakit swasta di Seoul. Seorang yeoja cantik tetap setia menunggu sampai woohyun sadarkan diri. Sebuah keajaiban datang, woohyun akhirnya mulai menggerakkan tangannya dan perlahan membuka kedua matanya.
Yeoja yang tengah asyik membaca buku itu pun segara menekan tombol di sampaing ranjang woohyun agar para dokter dan tim medis segara datang.
“ Kau sudah sadar?” 
Woohyun membuka kedua matanya dengan lebar karena rasa sakit di kepalanya masih terasa. Tak lama berselang dokter dan beberapa perawat masuk ke ruangan dan langsung memeriksa tubuh woohyun.
“ Bagaimana keadaanya dokter?” Tanya yeoja cantik itu.
“ Keadaanya sudah mulai membaik.”
“ Oppa bagaimana keadaanmu?”
“ Aku dimana?” Tanya woohyun.
“ Oppa ada di rumah sakit, tiga hari yang lalu oppa mengalami kecelakaan. Apa oppa tidak ingat?”
Woohyun hanya diam sambil menatap lekat wajah yeoja cantik yang ada dihadapannya itu.
“ Dokter apa terjadi sesuatu pada oppa ini?”
“ Apa kau ingat siapa namamu?” Tanya Dokter pada woohyun, namun woohyun tetap diam dan justru menggelengkan kepalanya.
“ Nona sepertinya oppa anda mengalami amnesia?”
“ Amnesia?” 
“ Ne, mungkin benturan di kepalanya saat kecelakaan waktu itu membuat ingatannya hilang sementara.”
“ Sementara? Lantas kapan oppa akan ingat kembali dokter?”
“ Saya tidak tahu, mungkin kau harus membantunya mengingat ingatannya agar segera pulih.”
“ Ne dokter, saya mengerti.”
“ Saya harus memeriksa pasien lain, permisi.”
“ Ne dokter, gamsahabnida.”
Di ruangan yang lumayan besar itu kini hanya menyisakan yeoja canti yang entah siapa bersama woohyun yang masih terbaring lemah depan perban yang membalut luka di kepala dan jarum infuse yang menancap di tangan kanannya.
“ Oppa apa kau benar tidak ingat siapa namamu?”
Woohyun hanya menggeleng kemudian memegangi kepalanya yang terasa sakit.
“ Oppa sudah jangan diingat kalau itu membuatmu sakit.”
“ Kau siapa? Apa kau mengenalku?”
“ Nan Yoon Ryun hi imnida, aku yang membawa oppa ke rumah sakit saat oppa kecelakaan karena menghindari mobil pick up.”
“ Gomawo.”
“ Ne, aku senang bisa menolong oppa. Untuk sementara waktu boleh aku memanggil oppa dengan nama Yoon Yeong Dae.”
“ Yoo Yeong Dae? Nama siapa itu?”
“ Itu nama mendiang oppa ku, beliau meninggal satu tahun yang lalu karena penyakit jantung.”
“ Kenapa kau memberikan nama itu padaku?”
“ Karena aku melihatmu seperti mendiang oppaku, aku sangat merindukannya.”
“ Ryun hi-ssi kau boleh menganggapku seperti oppamu sendiri. Berapa usiamu?”
“ Aku baru 20 tahun.”
.
.
Dua bulan kemudian……
Segalanya berubah sejak woohyun menghilang….
Kembalinya sungjong dari jepang dan menghilangnya woohyun membuat key semakin tertekan dan kondisinya semakin tidak stabil, akhirnya sungjong rutin membawa key ke rumah sakit untuk check up dan kembali mengonsumsi obat penenang.
Semenjak hilanganya woohyun, ji hyun mulai membenci sunggyu dan mengganggap semua yang terjadi pada woohyun adalah ulah sunggyu.
Begitu pula dengan hubungan sunggyu dan minho yang mulai renggang, karena semenjang ciuman di rumah sakit waktu itu. Sunggyu akhirnya mengambil keputusan dan mengakhiri hubungannya dengan minho. Meski sunggyu harus berpikir ulang akan hutan budi orang tuanya pada keluarga minho, namun minho tetap mengejar sunggyu dan berharap sunggyu mau menjadi tunangannya lagi.
Daekkyung university, 13.00 pm.
Saat tidak ada kelas, sunggyu biasanya menghabiskan waktu di ruang music sendirian sambil memainkan piano yang biasa dimainkan olehnya bersama woohyun. Setiap detik, menit dan jam tak pernah sunggyu lewatkan tanpa merindukan sosok woohyun yang selalu ada di hatinya.
Kemana woohyun pergi?
Dimana woohyun sekarang berada?
Apa yang sedang woohyun lakukan?
Apa woohyun baik-baik saja?
Setidaknya pertanyaan-pertanyaan sederhana seperti itu yang selalu terngiang di telinga sunggyu.
“ Woohyun-a apa kau tidak ingin menemuiku lagi? Apa kau tidak merindukan aku?” Rancau sunggyu sambil menekan note piano dengan cukup keras. Perlahan air matanya mulai menetas dan tangisnya mulai terisak.
…………
“ Aku tidak tega melihatnya seperti itu!.” Ujar dongwoo pilu saat melihat sahabat terbaiknya menangis seorang diri.
“ Hyung kemana sebenarnya woohyun pergi?”
“ Aku juga tidak tahu, yang aku tahu woohyun sering mengirim pesan pada myungsoo bahwa dia baik-baik saja tapi selalu melarang siapapun menemuinya dan sekarang woohyun tidak pernah kembali.”
“ Apa dia tidak peduli pada kuliahnya di sini?”
“ Aku juga tidak tahu.”
Di lain tempat, Seoul hospital centre.
Ji hyun sedang duduk bersama namja tampan yang usianya terpaut 6 tahun dengannya. Keduanya sedang duduk berhadapan ditemani secangkir kopi susu hangat dan biscuit coklat.
“ Apa woohyun masih tak ingin pulang?” Tanya ji hyun yang mulai pada inti pembicaraan.
“ Ne noona, bahkan sudah dua minggu ini dia tak mengabari aku.”
“ Apa kau tahu dimana dia?”
“ Kalau aku tahu aku pasti menemuinya, setiap kali aku melacak ponselnya selalu mati. Sepertinya dia memang sengaja membuat kita semua panic.”
“ Tapi itu bukan kebiasaan woohyun, aku kenal dia sejak kecil. Senakal apapun woohyun, dia tidak akan membuat aku khawatir sampai seperti ini. Pergi tanpa pamit! Apa kita coba lapor polisi saja?”
“ Woohyun selalu melarang ku noona, dia mengancam tak akan pernah kembali lagi!.”
Mendengar jawaban dari sepupunya itu ji hyun hanya bisa pasrah menunggu kepastian kapan woohyun akan pulang dan bersamanya lagi seperti dulu.
………………..
Memasuki akhir musim dingin membawa sejuta kebahagiaan dan juga kesedihan, begitu pula yang dirasakan seorang yeoja berumur 20 tahun. Yoon Ryun hi namanya, musim dingin dua tahun lalu ia kehilangan oppa kesayangannya pergi untuk selama-lamanya. Namun akhir musim dingin tahun ini gadis cantik itu mendapatkan kembali senyumannya melalui sosok woohyun yang kini sedang mengalami amnesia karena kecelakaan sepeda motor dua bulan yang lalu. Woohyun tak ingat apapun bahkan dirinya sendiri, namun bersyukurlah woohyun karena saat kecelakaan itu mendapat pertolongan gadis cantik nan baik hati seperti Ryun hi. 
Woohyun yang saat itu terluka parah dengan luka di kepala dan tangannya dibawa Ryun hi dan keluarganya ke rumah sakit, ryun hi juga yang mendonorkan darahnya untuk woohyun karena kondisi woohyun benar-benar sangat kritis. Ryun hi menyayangi woohyun lebih dari apapun, dia menganggap woohyun seperti oppa kandungnya sendiri. Bahkan Ryun hi memberikan nama oppanya ‘ Yoon Young Dae’ kepada woohyun namja yang baru pertama kali ia temui.
Woohyun tersenyum sambil memperhatikan yeoja cantik yang sedang memetik pucuk bunga yanga baru mekar di sebuah taman tak jauh dari rumah mereka.
“ Ryun hi-ya pakai mantelmu!.” Teriak woohyun sambil memegangan erat mantel ryun hi yang ada di pangkuannya.
“ Aniya oppa, udaranya sangat segar.”
“ Kau bisa sakit!.” Woohyun beranjak dari kursi roda namun baru beberapa langkah ia sudah jatuh kembali.
“ Oppa gwaenchanna?.” Ryun hi berlari menghampiri woohyun.
“ Gwaenchannayo, mian oppa selalu merepotkan kamu!.”
“ Aniya, aku sayang oppa. Oppa jangan bicara seperti itu lagi eoh!.”
“ Ne, gomawo.”
“ Apa kaki oppa masih sakit?”
“ Masih sedikit ngilu.”
“ Oppa tetap di kursi roda saja, biar aku kakinya cepat sembuh!.”
“ Tapi aku ingin cepat berjalan dengan normal.”
“ Secepatnya oppa akan berjalan dengan normal, percaya padaku!.”
“ Ne.”
“ Sebelum pulang kita mampir ke restoran dulu bagaimana?”
“ Boleh!.”
“ Kajja!.” Ryun hi membantu woohyun duduk kembali di kursi rodanya kemudian mendorong kursi roda woohyun menuju mobil.
.
.
Sudah hampir satu bulan sunggyu kembali bekerja di sebuah restoran kimchi dan bibimbap yang sangat terkenal di Seoul. Sunggyu bekerja tanpa henti setelah jam kuliahnya berakhir, sunggyu terpaksa melakukannya agar ia punya kesibukan sendiri dan bisa sedikit melupakan rasa rindunya terhadap woohyun yang sudah menghilang sejak dua bulan yang lalu.
“ Gyu tolong beli sayuran dan daging panggang di pasar tradisional!.” Perintah sang pemilik kedai yang merupakan Appa dari teman satu kampus sunggyu.
“ Ne ahjussi.”
“ Setelah itu tolong mampir ke minimarket untuk beli beras dan roti.”
“ Ne.” Setelah mendapat tugas sunggyu langsung pergi sambil mengendarainya sepeda maticnya.
Satu jam setelah sunggyu pergi datang dua orang pengunjung kedai yang tak lain adalah Ryun hi dan woohyun. Woohyun kini tak lagi memakai kursi roda melainkan sebuah tongkat dan dipapah oleh ryun hi saat berjalan.
“ Selamat datang, anda ingin memesan apa?” Ujar pelayan restoran dengan ramah.
“ Aku pesan bibimbap dan teh hangat, oppa ingin pesan apa?”
“ Kimci, bibimbap dan ramyeon.” Ujar woohyun sambil membuka hoddie yang menutup kepalanya.
“ Woohyun?” Si pelayan yang sedari tadi pokus mencatat kini terdiam sambil menatap lekat wajah woohyun.
“ Wooh…..hyun? apa anda mengenalku?” Ujar woohyun bertanya-tanya.
“ Kau kemana saja? kau sudah membuat semua orang cemas apalagi gyu hyung!”
“ Oppa kajja kita pergi dari sini! Mendadak kepalaku pusing.” Ryun hi menarik tangan woohyun dan membantunya berjalan.
“ Tunggu sebentar chagi, biarkan namja ini menjelaskan ucapannya!.”
“ Oppa kajja! Aku benar-benar pusing!.” 
“ Baiklah!,” Woohyun pergi bersama Ryun hi meninggalkan kedai tersebut.
“ Hey kau mau kemana?.” Hoya hanya diam menatap kepergian woohyun bersama seorang yeoja, dia tampak kebingungan dengan sikap woohyun yang seolah-olah tak mengenalnya. “ Apa yang terjadi dengannya? Apa dia bukan woohyun?”
“ Hey jangan melamun!.” Seseorang menepuk pundak hoya dari belakang.
“ Hyung kapan sampai?”
“ Baru saja, kau kenapa melamun?”
“ Hyung aku baru saja bertemu woohyun!.”
“ Woohyun? Eodiga? Sekarang di mana dia?”
“ Hyung tenanglah!. Aku juga belum yakin kalau itu woohyun!. Dia sendiri tak menganaliku.” Ujar hoya putus asa.
“ Wae? Mungkin dia berpura-pura!.” Ujar sunggyu menebak.
“ Dia seperti orang asing bagiku! Jalannya juga pincang. Dia bersama seorang gadis berusia 20 tahunan.”
“ Jinja? Hoya apa mungkin terjadi sesuatu pada woohyun?”
“ Misal?”
“ Tadi kau bilang kakinya pincang, apa mungkin woohyun mengalami kecelakaan dan hilang ingatan.”
“ Hyung jangan bercanda!.”
“ Aku serius, semarah apapun woohyun kepadaku dia tak akan menghilang sampai berbulan-bulan seperti ini.”
“ Mollayo hyung, mungkin saja.” Hoya berlalu menuju dapur.
“ Benarkah kecurigaanku ini hyun?” 
…………………
“ Chagiya apa kepalamu masih pusing?” Woohyun memegang dahi Ryun hi yang duduk di sampingnya.
“ Ne, Oppa tetaplah bersamaku!.”
“ Tentu saja,memangnya oppa akan pergi kemana?”
“ Oppa jangan pikirkan ucapan pelayan tadi ya! aku pikir dia pasti salah orang!.”
“ Oh soal orang yang bernama woohyun?”
“ Ne, nama woohyun itu terlalu familiar. Mungkin ada banyak orang dengan nama woohyun di korea atau mungkin dia salah menduga.”
“ Ne, Geokcheongma. Tidurlah agar kepalamu tidak pusing!.” Woohyun menyandarkan kepala Ryun hi di pundaknya.
“ Gomawo oppa.”
.
.
Malam harinya woohyun terdiam seorang diri di kamar yang berukuran cukup besar dengan fasilitas lengkap seperti ac, tv yang dilengkapi mp3 dan sound, lemari pendingin kecil juga sofa besar yang ada di depan tempat tidurnya.
“ Woohyun? Siapa dia?” 
Sambil memikirkan nama itu, woohyun menghampiri meja belajar dan menyalakan computer lalu menjelajah google untuk mencari tahu tentang nama ‘ WOOHYUN’ namun sayang yang muncul hanya beberapa orang dengan nama yang berakhiran Hyun seperti Kim Soohyun, dohyun, baekhyun, hyun dong dll.
“ Kenapa tidak ada?” Woohyun mengacak-acak rambutnya frustasi.
.
.
Di luar kamar Woohyun, ryun hi mengintip melalui celah pintu kamar yang terbuka. Sedari tadi ia memperhatikan oppanya itu dari luar.
“ Oppa tidak akan tahu tentang nama itu! Karena semua jawabannya hanya ada di ponsel ini.” Ryun hi tersenyum sinis sambil mengenggam erat smartphone berwarna hitam dengan kaca depan yang sedikit retak.
TBC